VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak.
Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting
harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan
dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya,
meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut
melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan
menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host
dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length
subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network
identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika
melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan
subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun
membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung
variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2
(RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP
versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga
jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router
tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan
menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Perhitungan IP Address menggunakan
metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address
lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM
agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan
networknya dapat memenuhi persyaratan :
- Routing protocol yang digunakan
harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute
broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan
bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2),
- Semua perangkat
router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.
Penerapan
VLSM
Contoh 1:
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih
dahulu menggunakan CIDR, maka
didapat
11111111.11111111.11110000.00000000
= /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat
terakhir subnet adalah4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst… sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke
3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
– Kita pecah menjadi 16 blok subnet,
dimana nilai16 diambil dari hasil
perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24
= 16
– Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung
kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24
kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 =
130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 =
130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 =
130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 =
130.20.35.0/24
Dst… sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = =
130.20.47/24
– Selanjutnya kita ambil kembali
nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah
menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita
ubah juga menjadi8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 =
130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 =
130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 =
130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 =
130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 =
130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 =
130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 =
130.20.38.224/27
Contoh 2:
Diberikan Class C network
204.24.93.0/24, ingin di subnet dengan kebutuhan berdasarkan jumlah host:
netA=14 hosts, netB=28 hosts, netC=2 hosts, netD=7 hosts, netE=28 hosts. Secara
keseluruhan terlihat untuk melakukan hal tersebut di butuhkan 5 bit
host(2^5-2=30 hosts) dan 27 bit net, sehingga:
netA (14 hosts): 204.24.93.0/27
=> ada 30 hosts; tidak terpakai 16 hosts
netB (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.64/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 28 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.96/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 23 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.128/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netB (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.64/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 28 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.96/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 23 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.128/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
Dengan demikian terlihat adanya ip
address yang tidak terpakai dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini mungkin
tidak akan menjadi masalah pada ip private akan tetapi jika ini di alokasikan
pada ip public(seperti contoh ini) maka terjadi pemborosan dalam pengalokasian
ip public tersebut.
Untuk mengatasi hal ini (efisiensi) dapat digunakan metoda VLSM, yaitu dengan cara sebagai berikut:
Untuk mengatasi hal ini (efisiensi) dapat digunakan metoda VLSM, yaitu dengan cara sebagai berikut:
- Buat urutan berdasarkan
penggunaan jumlah host terbanyak (14,28,2,7,28 menjadi 28,28,14,7,2).
- Tentukan blok subnet
berdasarkan kebutuhan host:
28 hosts + 1 network + 1 broadcast = 30 –> menjadi 32 ip ( /27 )
14 hosts + 1 network + 1 broadcast = 16 –> menjadi 16 ip ( /28 )
7 hosts + 1 network + 1 broadcast = 9 –> menjadi 16 ip ( /28 )
2 hosts + 1 network + 1 broadcast = 4 –> menjadi 4 ip ( /30 )
Sehingga blok subnet-nya menjadi:
netB (28 hosts): 204.24.93.0/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netA (14 hosts): 204.24.93.64/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 0 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.80/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 7 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.96/30 => ada 2 hosts; tidak terpakai 0 hosts
netB (28 hosts): 204.24.93.0/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netA (14 hosts): 204.24.93.64/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 0 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.80/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 7 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.96/30 => ada 2 hosts; tidak terpakai 0 hosts